Senin, 07 Maret 2011

Penalaran Deduktif Dan Induktif

Nama : WIndi Dwi Saputro

Npm : 11208292

Kelas : 3 EA 11

Tugas : Bahasa Indonesia 2

Pengertian Penalaran Deduktif

Penalaran adalah suatu tahap pemikiran dan pembelajaran manusia untuk menghubungkan antara data dengan fakta yang ada sehingga pada akhirnya terdapat kesimpulan yg dapat diambil.

Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum dari pada proposi tempat menarik simpulan itu. Proposi tempat merarik simpulan itu disebut premis. Atau dapat juga di artikan penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Macam-macam penarikan kesimpulan secara deduktif

Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tidak langsung.

  1. 1. Menarik Simpulan secara Langsung

Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis dosebut simpulan tak langsung.

Misalnya :

  • Semua S adalah P. (premis)

Sebagian P adalah S. (simpulan)

Contoh:

Semua ikan berdarah dingin. (premis)

Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)

  • Semua S adalah P. (premis)

Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)

Contoh:

Semua gajah adalah berbelai. (premis)

Tidak satu pun gajah adalah takberbelai. (simpulan)

Tidak satu pun yang takberbelai adalah gajah. (simpulan)

  1. 2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung

Pernalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memrlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkjan sebuah simpulan. Premis yang pertama

adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.

Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa adalah serabut.

Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut

  1. 1. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebur premis mayor dan peremis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.

Contoh:
Semua manusia bijaksana.

Semua polisi adalah manusia.

Jadi, semua polisi bijaksana.

Untuk menghasilakan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah pada silogisme di atas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.

Contoh:
Semua manusia bijaksana.

Semua kera bukan manusia.

Jadi, (tidak ada simpulan)

Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut.

  1. Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah
  2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu mayor, premis minor, dan simpulan.
  3. Dua premis yang negative tidak dapat menghasilkan simpulan.

Contoh:

Semua semut bukan ulat.

Tidak seekor ulau pun adalah manusia.

  1. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.

Contoh:

Tidak seekor gajah pun adalah singa.

Semua gajah berbelai

Jadi, tidak seekor singa pun berbelai.

  1. Dari premis yang positif, akan dihasilakn simpulan yang positif.

Contoh: Silakan anda buat pernalaran itu.

  1. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh:

Sebagian orang jujur adalah petani.

Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.

Jadi, . . . (tidak ada simpulan)

  1. Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.

Contoh:

Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.

Sebagian pemuda adalah mahasiswa.

Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.

  1. Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu

simpulan.

Contoh:

Beberapa manusia adalah bijaksana.

Tidak seekor binatang pun adalah manusia.

Jadi, tidak ada simpulan.

  1. 2. Silogisme hipotesis

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berrproposisi

kondisional jipotesis.

Kalau premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh:

Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.

Besi dipanaskan.

Jadi, besi memuai.

Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.

Besi tidak dipanaskan.

Jadi, besi tidak akan memuai

  1. 3. Silogisme Alternatif

Silogisme Alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa prtoposisi alternative.

Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternative, simpulannya akan menolak alternative yang lain.

Contoh:

Dia adalah seorang kiai atau professor.

Dia seorang kiai.

Jadi, dia buk Dia adalah seorang kiai atau professor.

Dia adalah seorang kiai atau professor.

Dia bukan seorang kiai.

Jadi, dia seorang professor.

  1. Entimen
    Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh:

Semua sarjana adalah orang cerdas.

Ali adalah seorang sarjana.

Jadi, Ali adalah orang cerdas.

Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu ”Ali adalah orang cerdas karena dia adalah

orang sarjana”.

Pengertian Penalaran Induktif

Penalaran induktif merupakan penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain simpulan yang diperoleh tidak boleh khusus dari pada pernyataan (premis). Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut :

  • Generalisasi adalah proses yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapat simpulan yang bersifat umum.

Contoh :

Jika dipanaskan besi memuai.

Jika dipanaskan, tembaga memuai.

Jika dipanaskan emas memuai.

Jadi, jika dipanaskan logam memuai.

  • Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.

Contoh :

Nina adalah lulusan akademi A.

Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Ali adalah lulusan akademi A

Oleh sebab itu Ali dapat menjelaskan tugasnya dengan baik.

  • Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala yang saling berhubungan.

Contoh : Tombol ditekan akibatnya bel berbunyi.