Minggu, 05 Desember 2010
Perilaku Konsumen Tugas 3
PENDAHULUAN
1. Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh kebutuhan konsumen, persepsi atas karakteristik merek, dan sikap ke arah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.
2. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh budaya (norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan), kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan faktor menentukan yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
3. Marketing strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah barang, harga, periklanan dan distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Kebutuhan ini digambarkan dengan garis panah dua arah antara strategi pemasaran dan keputusan konsumen pemasaran memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek. Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen.
Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.
PEMBAHASAN
A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Tipologi pengambilan keputusan konsumen :
1. Keluasan pengambilan keputusan (the extent of decision making)
Menggambarkan proses yang berkesinambungan dari pengambilan keputusan menuju kebiasan. Keputusan dibuat berdasrkan proses kognitip dari penyelidikan informasi dan evaluasi pilihan merek. Disisi lain, sangat sedikit atau tidak ada keputusan yang mungkin terjadi bila konsumen dipuaskan dengan merek khusus dan pembelian secara menetap.
2. Dimensi atau proses yang tidak terputus dari keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi ke yang rendah.
Keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi adalah penting bagi konsumen. Pembelian berhubungan secara erat dengan kepentingan dan image konsumen itu sendiri. Beberapa resiko yang dihadapi konsumen adalah resiko keuangan , sosial, psikologi. Dalam beberapa kasus, untuk mempertimbangkan pilihan produk secara hati-hati diperlukan waktu dan energi khusus dari konsumen. Keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah dimana tidak begitu penting bagi konsumen, resiko finansial, sosial, dan psikologi tidak begitu besar. Dalam hal ini mungkin tidak bernilai waktu bagi konsumen, usaha untuk pencarian informasi tentang merek dan untuk mempertimbangkan pilihan yang luas. Dengan demikian, keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah umumnya memerlukan proses keputusan yang terbatas “ a limited process of decision making”. Pengambilan keputusan vs kebiasaan dan keterlibatan kepentingan yang rendah vs keterlibatan kepentingan yang tinggi menghasilkan empat tipe proses pembelian konsumen.
B. EMPAT TIPE PROSES PEMBELIAN KONSUMEN :
1. Proses “ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
2. Proses “ Brand Loyalty “. Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen tidak terlibat atau keterlibatan kepentingan yang rendah dengan barangnya adalah tipe pengambilan keputusan terbatas dan proses inertia.
3. Proses “ Limited Decision Making “. Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal.
Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih kepada kekhasan konsumen daripada kekhasan barang. Karena itu tingkat keterlibatan kepentingan dan pengambilan keputusan tergantung lebih kepada sikap konsumen terhadap produk daripada karakteristik produk itu sendiri. Seorang konsumen mungkin terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal dewasa karena nilai nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan kepada kecantikan dan menggeser merek dalam mencari variasi.
4. Proses “ Inertia “. Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas tisu.
Pengambilan keputusan konsumen menghubungkan konsep perilaku dan strategi pemasaran melalui penjabaran hakekat pengambilan keputusan konsumen. Kriteria apa yang digunakan oleh konsumen dalam memilih merek akan memberikan petunjuk dalam manajemen pengembangan strategi.
Pengambilan keputusan konsumen adalah bukan proses yang seragam. Ada perbedaan antara
(1) pengambilan keputusan dan
(2) keputusan dengan keterlibatan kepentingan yang tinggi dan keputusan dengan keter-libatan kepentingan yang rendah.
C. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG KOMPLEK (COMPLEKS DECISION MAKING)
Untuk memahami keputusan yang komplek maka perlu dipahami hakekat keterlibatan konsumen dengan suatu produk.
Kondisi keterlibatan konsumen akan suatu produk, apabila produk tersebut adalah :
1. Penting bagi konsumen karena image konsumen sendiri, misalnya pembelian mobil sebagai simbol status.
2. Memberikan daya tarik yang terus menerus kepada konsumen, misal dalam dunia mode ketertarikan konsumen model pakaian.
3. Mengandung resiko tertentu, misal resiko keuangan untuk membeli rumah, resiko teknologi untuk pembelian komputer.
4. Mempunyai ketertarikan emosional, misal pencinta musik membeli Sistem stereo yang baru.
5. Dikenal dalam kelompok grupnya atau “ badge “ value dari barang yang bersangkutan, seperti jaket kulit, mobil marsedes atau scarf dari Gucci.
Tipe Keterlibatan :
1. Situational involvement. Terjadi hanya dalam situasi khusus dan sementara dan umumnya bila pembelian itu dibutuhkan. Misalnya keputusan mengambil pendidikan MBA adalah karena kabutuhan untuk pekerjaan.
2. Enduring involvement, terus menerus dan lebih permanen umumnya terjadi karena ketertarikan yang berlangsung terus dalam kategori produk, walaupun pembelian itu dibutuhkan atau tidak, misalnya ketertarikan pada baju.
Baik enduring maupun situational involvement merupakan hasil proses pengambilan keputusan yang kompleks. “Badge” value adalah suatu kondisi dimana mencakup keterlibatan situasional dan keterlibatan yang menetap.
Penelitian dalam penagambilan keputusan meliputi lima tahap :
1) Penetapan masalah
2) Pencarian informasi
3) Evaluasi terhadap pilihan
4) Pemilihan
5) Hasil dari pilihan
Langkah-langkah ini dapat ditransformasikan ke dalam tahap-tahap keterlibatan konsumen dalam pengambilan keputusan yang komplek :
1) Need Aurosal
2) Proses informasi konsumen
3) Evaluasi Merek
4) Pembelian
5) Evaluasi sesudah pembelian
Dua Tipe Perilaku Konsumen
Berdasarkan pada tingkat keterlibatan dan pengambilan keputusan ada empat tipe perilaku konsumen :
Proses keterlibatan tinggi :
1. Pengambilan keputusan yang kompleks
2. Kesetiaan merek
Proses keterlibatan rendah :
1. pengambilan keputusan terbatas, dan
2. Inertia.
KESIMPULAN
Implikasi pengambilan keputusan dengan tingkat keterlibatan yang rendah terhadap pengembangan strategi pemasaran, beberapa pertanyaan strategi muncul :
• Haruskah pemasar berusaha membuat konsumen lebih terlibat terhadap suatu produk dengan tingkat keterlibatan yang rendah ?
• Haruskah pemasar merek yang tidak terkenal mengambil konsumen untuk menggeser dari perilaku inertia ke pencari variasi ?
• Haruskah pasar dikelompokkan berdasar tingkat keterlibatan konsumen ?
Pengaruh pertama terhadap pilihan konsumen adalah dorongan. Dorongan merupakan reaksi terhadap informasi yang diterima konsumen. Proses informasi terjadi ketika konsumen mengevaluasi informasi dari periklanan, teman, atau pengalaman sendiri terhadap suatu produk.
Pengaruh yang kedua dan pengaruh sentral atas pilihan konsumen adalah konsumen. Konsumen digambarkan dengan variabel pemikiran dan karakteristik. Variabel pemikiran konsumen adalah faktor kognitip yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
Tiga tipe variabel pemikiran berperan secara esensial dalam pengambilan keputusan : (1) persepsi karakteristik merek
(2) sikap lanjutan terhadap merek
(3) manfaat keinginan konsumen.
Karakteristik konsumen adalah variabel seperti demografis, gaya hidup, dan karakteristik personalia yang digunakan untuk menggambarkan konsumen. Manajer pemasaran pertama menetukan apakah karakteristik tersebut berhubungan atau tidak terhadap perilaku kemudian menggunakan pengetahuan itu untuk mempengaruhi perilaku.Contoh bila pengguna nutrisi dewasa cenderung menjadi muda, berpenghasilan tinggi, berpendidikan, maka pesan iklan dirancang untuk menyesuaikan terhadap grup tersebut.
Pengaruh ketiga atas pilihan konsumen adalah respon konsumen adalah hasil akhir proses keputusan konsumen dan merupakan pertimbangan integral seluruh buku ini. Respon konsumen umumnya berkenaan terhadap pilihan merek, namun bisa juga berkenaan terhadap pilihan kategori produk, pilihan toko, pilihan media komunikasi (mencari informasi dari TV ,radio atau membaca majalah).
DAFTAR PUSTAKA
Wahana, Jaka dan Kirbrandoko, 1995, Pengantar Mikro Ekonomi Jilid I, Terjemahan Cetakan pertama, Binarupa Aksara, Jakarta
http://www.endz4shared.co.cc/2010/03/1.html
Selasa, 09 November 2010
METODE RISET ( Review Jurnal 1,2,3 )
Nama : Windi Dwi Saputro
Kelas : 3 ea 11
Npm : 11208292
REVIEW JURNAL 1
1.a. Tema / topik : Hiv Aids
b. Judul : Strategi penanggulangan Hiv Aids
pengarang : Holmes (Review of human immunodeficiency virus type 1-related opportunistic infections in sub-Saharan Africa
Tahun : 2003
c. Alasan : Dengan semakin meluasnya penyebaran virus Hiv aids diharapkan masyarakat mampu dan memahami apa itu penyakit Hiv Aids
Masalah : 1. Adakah obat yang mampu mengatasi virus Hiv Aids ?
2. Bagaimana jika sudah terjangkit Virus Hiv Aids ?
d. Metodologi
Data : Taking Risk of Taking Responsibility (Panos, London, 1999)
Variabel penelitian : Variabel Bebas
Terapan Penelitian : 1. Analisis data secara statistic deskriptif
2. Evaluasi keseluruhan
e. Hasil dan kesimpulan : Dengan melihat data maupun keterangan yang telah dijabarkan diatas, jelaslah bahwa penyakit/virus HIV sangat membahayakan bahkan lambat laun bisa mematikan. Untuk itu kita semua harus selalu waspada dengan cara menjauhkan diri dari segala perbuatan yang dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, terutama sex bebas dalam arti tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
f. saran lanjutan : Bagi penulis berikutnya disarankan menambah variabel tingkat pembanding dan jumlah penderita Hiv Aids
REVIEW JURNAL 2
2.a. Tema / topik : Hiv Aids
b. Judul : Penyebaran Virus Hiv Aids
pengarang : Djoerban Z & Djauzi S
Tahun : 2006
c. Alasan : Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Terkadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS.
Masalah : 1. Bagaimana cara penyebaran virus Hiv Aids ?
2. Berapa orang yang telah terinfeksi virus Hiv Aids ?
3. Infeksi opertunistik lannya ?
d. Metodologi
Data : Primer.
Variabel penelitian : Dengan tingkat penyebaran Hiv Aids.
1. Cepat
2. Sedang
3. Lambat
4. Sangat Lambat
Terapan Penelitian : 1. Menganalisis penyebaran Hiv Aids
2. Pemetaan karakteristik penderita Hiv Aids.
Tahap Uji T
e. Hasil dan kesimpulan
Hasil hanya 2 indikator yaitu :
Ho : Virus Hiv Aids dapat menyebabkan kematian.
Ha : Virus Hiv Aids tidak dapat menyebabkan kematian.
Jika nilai Ho lebih kecil dibanding dengan Ha maka, Ho ditolak. Berarti virus Hiv Aids dapat menyebabkan kematian
Kesimpulan : Pada umumnya virus Hiv Aids menyebabkan kematian dan dapat di derita oleh siapa saja.
f. Saran lanjutan : Diharapkan pendekatan ini akan digalakkan di banyak negara yang terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapannya akan berhadapan dengan sejumlah isu sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilaku masyarakat.
REVIEW JURNAL 3
3.a. Tema / topik : Hiv Aids
b. Judul : Patogenesis Hiv Aids
pengarang : Siregar, Fadizah A.
Tahun : 2004
c. Alasan dan Masalah : Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang Hiv Aids. Penyebrangan Aids itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekrang sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin. Tapi kita semua tidak perlu takut. Jika kita berprilaku sehat dan bertanggung jawab serta senantiasa memegang teguh ajaran agama, maka kita akan terbebas dari Hiv Aids.
d. Metodologi
Data : Variabel Independen :
Tangible(X1), Reliability (X2), Responsiveness(X3), Assurance(X4), Empathy(X5)
Variabel Dependen :
Penderita Hiv yang masih hidup (Y1), Penderita Hiv yang sudah meninggal (Y2).
Penderita Hiv Aids mencakup :
1. Afrika
2. Asia Selatan
3. Asia Tenggara
Model : Model sampling
Sampel diambil secara acak sistematik dan dihitung berdasarkan rumus sampel minimal dengan menetapkan jumlah sampel dibulatkan menjadi 100 responden. Dengan tingkat kepercayaan 0,01 dalam pengujian normalitas.
Terapan Penelitian : 1. Pengujian Validitas untuk skala penderita Hiv Aids
Afrika , Asia Selatan , Asia Tenggara.
Uji Validitas
Bila setiap indikator memiliki critical ratio yang lebih besar dari 2 kali standar errornya, maka menunjukkan bahwa indikator itu secara valid mengukur apa yang seharusnya diukur dalam model yang disajikan.
2. pengujian reliabilitas alat ukur
Dalam penelitian reliabilitas eksploratori reliabilitas yang sedang antara 0,5-0,6 sudah cukup untuk menguji sebuah hasil penelitian.
3. Teknik Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dugunakan Struktural Equation Modelign(SEM)yaitu bentuk perluasan atau kombinasi teknik untuk pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan, pengoperasiannya dengan paket program AMOS 5.
e. Hasil dan pembahasan : a. Pengujian Instrumen Penelitian (Validitas dan Reliabilitas)
b. Pengujian Asumsi-Asumsi SEM
c. Uji Korelasi
d. Uji Model
e. Analisis atas Direct Effect, Inderect Effect, dan Total Effect
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan untuk pengaruh dimensi tangible (X1) terhadap Penderita Hiv yang masih hidup (Y1) diperoleh nilai C.R sebesar 3,290 (p=0,001) menunjukkan bahwa tangible berpengaruh signifikan terhadap virus Hiv, pengaruh antara reliability(X2) terhadap Penderita Hiv yang masih hidup ( Y1) diperoleh C.R sebesar 0,853 (p=0,394) sehingga reliability berpengaruh signifikan terhadap, Penderita Hiv yang masih hidup. pengaruh antara dimensi responsiveness(X3) terhadap Penderita Hiv yang masih hidup diperoleh nilai C.R sebesar 1.116 (p=0,264) sehingga responsiveness tidak berpengaruh signifikan terhadap Penderita Hiv yang masih hidup. Pengaruh antara assurance diperoleh C.R sebesar 2,420 (p=0,016) sehingga assurance berpengaruh signifikan terhadap. Penderita Hiv yang masih hidup Pengaruh antara dimensi emphaty(X5) terhadap Penderita Hiv yang masih hidup diperoleh nilai CR sebesar 0,608 (p=0,543) sehingga emphaty berpengaruh signifikan terhadap. Penderita Hiv yang masih hidup Pengaruh antara Penderita Hiv yang masih hidup (Y1) dengan Penderita Hiv yang sudah meninggal (Y2) diperoleh C.R sebesar (7,708 (p=0,000). Maka setiap indikator pasti saling berkaitan dengan adanya hubungan timbal balik antar satu sama lain yang memeberikan efek yang signifikan maupun tidak signifikan terhadap Hiv Aids.
f. Saran lanjutan : Dengan demikian jika ingin terhindar dari Hiv Aids kita harus berprilaku sehat dan bertanggung jawab serta senantiasa memegang teguh ajaran agama, maka kita akan terbebas dari Hiv Aids.
Jumat, 05 November 2010
Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen
PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui, bahwa selain factor internal, seorang konsumen dalam memutuskan membeli sebuah produk dan jasa juga dipengaruhi oleh factor eksternal . Diantara ketiga pengaruh yaitu :
1.Pengaruh budaya terhadap perilaku konsumen
2.Peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan pembelian
3.Peranan kelompok acuan dalam keputusan pembelian.
Diantara ketiga factor tersebut saya ingin memilih yang nomor satu yaitu
Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen hal ini dikarenakan memang
dilingkungan sekitar saya bahkan diri saya sendiri, saya akui memang factor budaya
cukup berpengaruh besar dalam proses pembelian, untuk itulah saya lebih memilih judul
ini daripada factor yang lainnya.
Penelitian mengenai budaya menjadi sangat penting karena budaya
mempengaruhi keseluruhan masyarakat itu sendiri. Dalam makalah ini akan dibahas
penerapan budaya serta pengaruhnya terhadap perilaku konsumen,misalnya dalam
pembelian suatu produk atau jasa.
Dalam kaitannya dengan perilaku konsumen, budaya dapat didefinisikan sebagai
sejumlah total dari beliefs values dancust oms yang dipelajari yang ditujukan pada
perilaku konsumen dari anggota masyarakat tertentu.
Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu penjual atau produsen dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap produk mereka. Mulai dari bagaimana tanggapan konsumen, reaksi konsumen, ataupun kritik dari konsumennya. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja, atau dalam kata lainnya pengaruh ini sangat tidak disadari oleh masyarakat, barulah ketika kita berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan kita, kita baru menyadari bagaimana budaya telah membentuk perilaku kita. Yang kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya kita sendiri bila kita berhadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang bisa melakukan pernikahan sesame jenis tentu akan merasa bahwa itu budaya yang tidak masuk akal dan merupakan hal yang tidak baik dibandingkan dengan budaya yang memang melarang keras hubungan sesama jenis.
PEMBAHASAN
Untuk lebih memahami tentang tema ini akan menjelaskan 5 aspek
tentang Negara Jepang sebagai tolak ukur bahwa budaya memanglah sangat berpengaruh
pada perilaku konsumen.
1.Health ( segi kesehatan)
2.Youthfulness (segi keawetmudaan)
3.Freedom ( kebebasan )
4.Efficien dan practice ( daya guna dan praktis )
5.Activity ( aktivitas)
Berikut ini akan dibahas 5 aspek bahwa budaya luar masuk ke Indonesia sehingga memperngaruhi dalam perilaku konsumen :
1. Health ( segi kesehatan)
Orang-orang di Jepang sangat memperhatikan kesehatan dan kebugaran tubuhnya, bahkan untuk para wanita nya tubuh kurus langsing merupakan hal yang mutlak dimilik oleh setiap wanita dan ini telah dianggap sebagai suatu nilai inti. Nilai inti pada masyarakat Jepang terutama wanita ini tergambarkan melalui berbagai cara misalnya saja olahraga seperti fitness dan jogging.
Karena hal itulah maka adanya peningkatan dalam penjualan alat-alat olahraga dan tablet pelangsing tubuh atau bahkan tea yang bisa melangsingkan tubuh serta adanya peningkatan dalam penjualan vitamin. Berdasarkan trend atau budaya ini, berkembang suatu pendapat bahwa memang budaya lah yang menyebabkan pola perilaku masyarakat jepang berubah dan meningkatkan daya beli produk-produk yang sifatnya melangsingkan atau menyehatkan tubuh.
2. Youthfulness (segi keawetmudaan)
Keawetmudaan (youthfulness) sangat berbeda dengan pemuda (youth) yang merupakan suatu tingkatan umur. Orang Jepang sangat terobsesi untuk terlihat muda dan berperilaku seperti orang yang muda, meskipun berlawanan dengan usia mereka sebenarnya. Bagi masyarakat jepang, selain melalui pikiran-pikiran keawetmudaaan juga terpancarkan dari perilaku mereka., yang kadang-kadang diekspresikan melalui kata-kata seperti berjiwa muda, bersemangat muda, dan berpenampilan muda atau biasa disebut dengan up to date sehingga produsen kosmetik berbondong-bondong menciptakan produk yang menggambarkan betapa banyak wanita yang berperang melawan penuaan dini. Perusahaan-perusahaan periklanan memanfaatkan ketakutan penuaan terutama bagikaum wanita ini untuk menciptakan suatu trend di masyarakat mengenai pentingnyamenjaga kemudaan dan menanamkan rasa takut akan penuaan. Tema-tema iklan dibuatdengan mengumbar janji bahwa konsumen akan memperoleh keuntungan bila terlihat awet muda dan tentu akan lebih menyenangkan jika tua´ itu datangnya sangat lama.
3. Freedom ( kebebasan )
Seperti kita ketahui bahwa banyak Negara-negara luar penganut budaya kebebesan, dan salah satunya adalah Negara Jepang, dalam sejarah seperti kita ketahui Jepang selalu berpendapat bahwa kebebasan berbicara, kebebasan pers, sebagai nilai utama.Perkembangan dari kepercayaan akan kebebasan ini, Jepang percaya bahwa mereka punya kebebasan untuk memilih. Hal ini dapat terlihat dari bebasnya gaya berpakaian mereka, mulai dari pejalan kaki yang bisa menggunakan jas, sangat berbeda dengan di Indonesia, jika ada pejalan kaki yang menggunakan jas pasti terlihat aneh, hingga seragam sekolah di Jepang yang sangat unik menurut saya. Hal ini direfleksikan dengan kompetisi dari merk dan variasi produk.Pada banyak pilihan produk baik ukuran, warna, gaya, sehingga masyarakat Jepang terlihat lebihf ashionable ketimbang di Indonesia. Ini juga menjelaskan kenapa banyak perusahaan menawarkan konsumen banyak pilihan.
4. Efficien dan practice ( daya guna dan praktis )
Efisien merupakan sesuatu yang hemat waktu dan usaha. Sedangkan praktis berhubungan dengan produk yang baru membuat pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dalam memecahkan masalah.
Ilustrasi yang mudah menggambarkan hal ini adalah banyaknya makanan dan minuman cepat saji yang tersedia di berbagai tempat di Jepang, mulai dari mie instan, bubur instan, berbagai minuman botol isntan, hingga bumbu untuk memasak pun isntan. Karena memang kita tahu bahwa masyarakat Jepang sangat menghargai waktu, dan tekhnologi pula lah yang membuat semua menjadi serba efektif dan lebih praktis.
5. Activity ( aktivitas)
Menjadi sibuk merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat Jepang. Gaya hidup ini seringkali dikomentari oleh pendatang dari luar negri, kenapa orang-orang Jepang selalu berlari dan sepertinya tidak pernah menjadi relax. Aktivitas ini memiliki dampak pada konsumsi barang.
KESIMPULAN
Dari 5 aspek tolak ukur budaya Jepang yang masuk ke Indonesia sudah bisa terlihat jelas
bahwa budaya memang sangat mempengaruhi perilaku konsumen, mulai dari pola hidup yang
mungkin secara tidak sadar terpengaruh yang memungkinkan adanya daya beli dalam pengaruh
budaya tersebut.
Memang betul perilaku konsumen bisa dari gaya hidup contoh nyata yang mungkin dapat
lebih memperjelasnya adalah Starbuck Café Jika kita lihat, buat apa buka kedai kopi? Di
pinggir jalan juga banyak tersedia warung kopi. Nah, budaya masyarakat kota metropolitan itu selalu mengikuti tren yang memang sedang berlaku. Oleh karena itu, ketika tren muncul adanya kedai kopi yangcozy, tempatnya menyenangkan bisahot spot gratis atau ketemu sama
teman-temang maupun rekan bisnis lainnya tempat itu bisa sangat nyaman dijadikan tempat
ngobrol ataupun bertransaksi, lalu ditambah ada hotspot area yg membuat pengunjung bisa
internet scara gratis (yang masih budaya Indonesia) membuat kedai tersebut bisa mendatangkan
pengunjung yang banyak, kita tahu semua bahwa kedai kopi itu memang berasal dari luar negeri.
Jadi kesimpulan terakhir menurut saya adalah bahwa memang benar budaya sangat
memperngaruhi perilaku manusia, tidak hanya dari segi aspek pola hidup saja tetapi dari daya
belinya juga, untuk itu kita harus pintar menyaring budaya-budaya luar yang bisa kapan saja dan
melalui apa saja masuk ke Indonesia, budaya positif dapat kita tiru atau ambil, dan sebaliknya
ketika budaya itu buruk dan kita semua sebagai masyarakat Indonesia tidak bisa menolaknya,
maka bangsa ini pun akan semakin terpuruk.
DAFTAR PUSTAKA
Hurriyati, Ratih. 2005.Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta.
Umar, Husein.2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia
Strategi Pemasaran.Jakarta: Erlangga
Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen
Sebagaimana kita ketahui, bahwa selain factor internal, seorang konsumen dalam memutuskan membeli sebuah produk dan jasa juga dipengaruhi oleh factor eksternal . Diantara ketiga pengaruh yaitu :
1.Pengaruh budaya terhadap perilaku konsumen
2.Peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan pembelian
3.Peranan kelompok acuan dalam keputusan pembelian.
Diantara ketiga factor tersebut saya ingin memilih yang nomor satu yaitu
Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen hal ini dikarenakan memang
dilingkungan sekitar saya bahkan diri saya sendiri, saya akui memang factor budaya
cukup berpengaruh besar dalam proses pembelian, untuk itulah saya lebih memilih judul
ini daripada factor yang lainnya.
Penelitian mengenai budaya menjadi sangat penting karena budaya
mempengaruhi keseluruhan masyarakat itu sendiri. Dalam makalah ini akan dibahas
penerapan budaya serta pengaruhnya terhadap perilaku konsumen,misalnya dalam
pembelian suatu produk atau jasa.
Dalam kaitannya dengan perilaku konsumen, budaya dapat didefinisikan sebagai
sejumlah total dari beliefs values dancust oms yang dipelajari yang ditujukan pada
perilaku konsumen dari anggota masyarakat tertentu.
Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu penjual atau produsen dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap produk mereka. Mulai dari bagaimana tanggapan konsumen, reaksi konsumen, ataupun kritik dari konsumennya. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja, atau dalam kata lainnya pengaruh ini sangat tidak disadari oleh masyarakat, barulah ketika kita berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan kita, kita baru menyadari bagaimana budaya telah membentuk perilaku kita. Yang kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya kita sendiri bila kita berhadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang bisa melakukan pernikahan sesame jenis tentu akan merasa bahwa itu budaya yang tidak masuk akal dan merupakan hal yang tidak baik dibandingkan dengan budaya yang memang melarang keras hubungan sesama jenis.
PEMBAHASAN
Untuk lebih memahami tentang tema ini akan menjelaskan 5 aspek
tentang Negara Jepang sebagai tolak ukur bahwa budaya memanglah sangat berpengaruh
pada perilaku konsumen.
1.Health ( segi kesehatan)
2.Youthfulness (segi keawetmudaan)
3.Freedom ( kebebasan )
4.Efficien dan practice ( daya guna dan praktis )
5.Activity ( aktivitas)
Berikut ini akan dibahas 5 aspek bahwa budaya luar masuk ke Indonesia sehingga memperngaruhi dalam perilaku konsumen :
1. Health ( segi kesehatan)
Orang-orang di Jepang sangat memperhatikan kesehatan dan kebugaran tubuhnya, bahkan untuk para wanita nya tubuh kurus langsing merupakan hal yang mutlak dimilik oleh setiap wanita dan ini telah dianggap sebagai suatu nilai inti. Nilai inti pada masyarakat Jepang terutama wanita ini tergambarkan melalui berbagai cara misalnya saja olahraga seperti fitness dan jogging.
Karena hal itulah maka adanya peningkatan dalam penjualan alat-alat olahraga dan tablet pelangsing tubuh atau bahkan tea yang bisa melangsingkan tubuh serta adanya peningkatan dalam penjualan vitamin. Berdasarkan trend atau budaya ini, berkembang suatu pendapat bahwa memang budaya lah yang menyebabkan pola perilaku masyarakat jepang berubah dan meningkatkan daya beli produk-produk yang sifatnya melangsingkan atau menyehatkan tubuh.
2. Youthfulness (segi keawetmudaan)
Keawetmudaan (youthfulness) sangat berbeda dengan pemuda (youth) yang merupakan suatu tingkatan umur. Orang Jepang sangat terobsesi untuk terlihat muda dan berperilaku seperti orang yang muda, meskipun berlawanan dengan usia mereka sebenarnya. Bagi masyarakat jepang, selain melalui pikiran-pikiran keawetmudaaan juga terpancarkan dari perilaku mereka., yang kadang-kadang diekspresikan melalui kata-kata seperti berjiwa muda, bersemangat muda, dan berpenampilan muda atau biasa disebut dengan up to date sehingga produsen kosmetik berbondong-bondong menciptakan produk yang menggambarkan betapa banyak wanita yang berperang melawan penuaan dini. Perusahaan-perusahaan periklanan memanfaatkan ketakutan penuaan terutama bagikaum wanita ini untuk menciptakan suatu trend di masyarakat mengenai pentingnyamenjaga kemudaan dan menanamkan rasa takut akan penuaan. Tema-tema iklan dibuatdengan mengumbar janji bahwa konsumen akan memperoleh keuntungan bila terlihat awet muda dan tentu akan lebih menyenangkan jika tua´ itu datangnya sangat lama.
3. Freedom ( kebebasan )
Seperti kita ketahui bahwa banyak Negara-negara luar penganut budaya kebebesan, dan salah satunya adalah Negara Jepang, dalam sejarah seperti kita ketahui Jepang selalu berpendapat bahwa kebebasan berbicara, kebebasan pers, sebagai nilai utama.Perkembangan dari kepercayaan akan kebebasan ini, Jepang percaya bahwa mereka punya kebebasan untuk memilih. Hal ini dapat terlihat dari bebasnya gaya berpakaian mereka, mulai dari pejalan kaki yang bisa menggunakan jas, sangat berbeda dengan di Indonesia, jika ada pejalan kaki yang menggunakan jas pasti terlihat aneh, hingga seragam sekolah di Jepang yang sangat unik menurut saya. Hal ini direfleksikan dengan kompetisi dari merk dan variasi produk.Pada banyak pilihan produk baik ukuran, warna, gaya, sehingga masyarakat Jepang terlihat lebihf ashionable ketimbang di Indonesia. Ini juga menjelaskan kenapa banyak perusahaan menawarkan konsumen banyak pilihan.
4. Efficien dan practice ( daya guna dan praktis )
Efisien merupakan sesuatu yang hemat waktu dan usaha. Sedangkan praktis berhubungan dengan produk yang baru membuat pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dalam memecahkan masalah.
Ilustrasi yang mudah menggambarkan hal ini adalah banyaknya makanan dan minuman cepat saji yang tersedia di berbagai tempat di Jepang, mulai dari mie instan, bubur instan, berbagai minuman botol isntan, hingga bumbu untuk memasak pun isntan. Karena memang kita tahu bahwa masyarakat Jepang sangat menghargai waktu, dan tekhnologi pula lah yang membuat semua menjadi serba efektif dan lebih praktis.
5. Activity ( aktivitas)
Menjadi sibuk merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat Jepang. Gaya hidup ini seringkali dikomentari oleh pendatang dari luar negri, kenapa orang-orang Jepang selalu berlari dan sepertinya tidak pernah menjadi relax. Aktivitas ini memiliki dampak pada konsumsi barang.
KESIMPULAN
Dari 5 aspek tolak ukur budaya Jepang yang masuk ke Indonesia sudah bisa terlihat jelas
bahwa budaya memang sangat mempengaruhi perilaku konsumen, mulai dari pola hidup yang
mungkin secara tidak sadar terpengaruh yang memungkinkan adanya daya beli dalam pengaruh
budaya tersebut.
Memang betul perilaku konsumen bisa dari gaya hidup contoh nyata yang mungkin dapat
lebih memperjelasnya adalah Starbuck Café Jika kita lihat, buat apa buka kedai kopi? Di
pinggir jalan juga banyak tersedia warung kopi. Nah, budaya masyarakat kota metropolitan itu selalu mengikuti tren yang memang sedang berlaku. Oleh karena itu, ketika tren muncul adanya kedai kopi yangcozy, tempatnya menyenangkan bisahot spot gratis atau ketemu sama
teman-temang maupun rekan bisnis lainnya tempat itu bisa sangat nyaman dijadikan tempat
ngobrol ataupun bertransaksi, lalu ditambah ada hotspot area yg membuat pengunjung bisa
internet scara gratis (yang masih budaya Indonesia) membuat kedai tersebut bisa mendatangkan
pengunjung yang banyak, kita tahu semua bahwa kedai kopi itu memang berasal dari luar negeri.
Jadi kesimpulan terakhir menurut saya adalah bahwa memang benar budaya sangat
memperngaruhi perilaku manusia, tidak hanya dari segi aspek pola hidup saja tetapi dari daya
belinya juga, untuk itu kita harus pintar menyaring budaya-budaya luar yang bisa kapan saja dan
melalui apa saja masuk ke Indonesia, budaya positif dapat kita tiru atau ambil, dan sebaliknya
ketika budaya itu buruk dan kita semua sebagai masyarakat Indonesia tidak bisa menolaknya,
maka bangsa ini pun akan semakin terpuruk.
DAFTAR PUSTAKA
Hurriyati, Ratih. 2005.Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta.
Umar, Husein.2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia
Strategi Pemasaran.Jakarta: Erlangga
Kamis, 14 Oktober 2010
Teori PerilakuKonsumen
BAB I
PENDAHULUAN
Pemahaman akan perilaku konsumen adalah tugas penting bagi para pemasar. Para pemasar mencoba memahami perilaku pembelian konsumen agar mereka dapat menawarkan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen. Tapi bagaimanapun juga ketidakpuasan konsumen sampai tingkat tertentu masih akan ada. Beberapa pemasar masih belum menerapkan konsep pemasaran sehingga mereka tidak berorientasi pada konsumen dan tidak memandang kepuasan konsumen sebagai tujuan utama. Lebih jauh lagi karena alat menganalisis perilaku konsumen tidak pasti, para pemasar kemungkinan tidak mampu menetapkan secara akurat apa sebenarnya yang dapat memuaskan para pembeli. Sekalipun para pemasar mengetahui faktor yang meningkatkan kepuasan konsumen, mereka belum tentu dapat memenuhi faktor tersebut.
Tak diragukan lagi, konsumen tergolong aset paling berharga bagi semua bisnis. Tanpa dukungan mereka, suatau bisnis tidak bisa eksis. Sebaliknya jika bisnis kita sukses memberikan pelayanan terbaik, konsumen tidak hanya membantu bisnis kita tumbuh. Lebih dari itu, mereka biasanya akan membuat rekomendasi untuk teman dan relasinya. Menurut Susan A. Friedmann, setidaknya perlu memahami “10 ayat-ayat” berikut agar dapat menajamkan fokus dalam melayani konsumen. Ketahui siapa bos sebenarnya. Anda berbisnis untuk melayani konsumen, dan Anda hanya dapat melakukan itu apabila mengetahui keinginan mereka. Jika Anda sungguh-sungguh mendengarkan konsumen, mereka akan menjelaskan apa yang dikehendaki dan bagaimana sebaiknya Anda memberikan pelayanan terbaik untuk mereka. Jangan lupa bahwa yang “membayar” gaji kita dan memungkin bisnis ini berjalan adalah konsumen.
Jadilah pendengar yang baik. Luangkan waktu untuk menelaah kebutuhan konsumen dengan bertanya dan fokus terhadap apa yang telah mereka katakan. Perhatikan kata-katanya, intonasi suaranya, gerak badannya, dan yang terpenting bagaimana perasaan mereka. Jauhkan diri dari asumsi-asumsi dan berpikir intuitif tentang keinginan konsumen.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI PERILAKU KONSUMEN
Teori perilaku konsumen yang berkembang sebelum periode tahun 1960-an didasarkan pada teori ekonomi, yakni yang menjelaskan bahwa seorang konsumen akan menetapkan kuantitas komoditas yang dikonsumsi dengan cara memaksimumkan kepuasan (utilitas). Pada menentuan kuantitas tersebut, konsumen dihadapkan pada kendala pendapatan dan harga komoditas. Sementara itu, preferensi dan variabel yang lain dianggap tetap atau konstan yang disebut dengan istilah ceteris paribus.
Pada teori ekonomi mikro, teori konsumen hanya mempertimbangkan dari sisi kuantitas. Keputusan individu konsumen diturunkan dari perilaku konsumen didalam memaksimumkan utilitas dengan kendala pendapatan sebagaimana disajikan pada rumus berikut:
Oleh karena preferensi dan selera (taste) terkait dengan psikologi manusia, maka beberapa ahli mengembangkan teori perilaku konsumen dengan memasukan elemen-elemen psikologi dalam pengambilan keputusan konsumen. Elemen psikologi yang dimaksud meliputi kognisi, afeksi dan perilaku (psikomotorik).
Dengan demikian teori perilaku konsumen yang berkembang pada abad 20 adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi dan ekonomi. Sebagaimana diuraikan oleh Sumarwan (2004) bahwa perkembangan tersebur tidak lepas dari pengaruh ilmuwan seperti George Katona, Robert Ferker, John A Howard dan Jogdish N Sheth.
Manfaat perilaku konsumen, Peran perilaku konsumen sangat beragam tergantung pada pemanfaat atau pengguna (stakeholder). Secara umum terdapat dua kelompok pemanfaat; yaitu kelompok peneliti (riset) dan kelompok yang berorientasi implementasi (Peter dan Olson, 1999). Pemanfaat yang tergolong dalam kelompok kedua meliputi: organisasi pemasaran (pemasar maupun produsen), lembaga pendidikan dan perlindungan konsumen, organisasi pemerintah dan politik, serta konsumen (Peter dan Olson, 1999 dan Sumarwan, 2004). Peran perilaku konsumen bagi pemasar atau produsen mampu :
- Membujuk konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan.
- Memahami konsumen dalam berperilaku, bertindak dan berfikir, agar pemasar atau produsen mampu memasarkan produknya dengan baik.
- Memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan, sehingga pemasar atau
Peran perilaku konsumen bagi organisasi pemerintah dan politik adalah sebagai dasar perumusan kebijakan publik dan perundang-undangan untuk melindungi konsumen. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk mempengaruhi pilihan konsumen melalui pelarangan terhadap produk bisnis yang merugikan konsumen. Sebagai contoh, penarikan produk susu yang mengandung melamin yang pernah dilakukan oleh Departemen Kesehatan yang bekerjasama dengan Depertemen Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2008. Secara makro, Undang-Undang Pangan mempunyai dampak positif terhadap perkembangan perekonomian, yaitu melalui peningkatan produksi karena meningkatnya konsumsi sebagai akibat jaminan kehalalan produk (Sumarwan) 2004.
Kelompok konsumen individu maupun organisasi akan menukarkan sumberdaya yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga dari perilaku konsumen dapat membantu mencapai tujuan dalam pemenuhan kebutuhan berbagai macam produk. Ditinjau dari pengambilan keputusan, konsumen terdiri atas konsumen potensial (Potencial consumer) atau calon konsumen dan konsumen yang sudah melakukan pembelian (Effective Consumer).
Pendekatan untuk mempelajari konsumen dalam membeli barang, ada 2 pendekatan :
1. Pendekatan Kardinal
2 Pendekatan Ordinal.
PendekatanKardinal
Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan misalnya mata uang. Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu
Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (Marginal Utility) Berlaku hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility), yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
Keseimbangan Konsumen
• Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang :
Syarat Keseimbangan:
1. MUx/Px = MUy/Py = MUn/Pn
2. Px Qx + Py QY +……+ Pn Qn = M
MU = marginal utility
P = harga
M = pendapatan konsumen
Pendekatan Ordinal
Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Padakenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.
Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).
Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens (kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
Konsep Dasar Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.
Perilaku Konsumen dan Strategi
Perilaku konsumen terkait dengan strategi pemasaran, di mana pemasaran harus mampu menyusun kriteria pembentukan segmen konsumen, kemudian melakukan pengelompokan dan menyusun profil dari konsumen tersebut. Kemudian, pemasar memilih salah satu segmen untuk dijadikan pasar sasaran. Dan setelah itu, pemasar menyusun dan mengimplementasikan strategi bauran pemasaran yang lengkap untuk segmen tersebut.
Studi tentang perilaku konsumen juga tidak terlepas pada masalah riset pemasaran. Riset pemasaran adalah salah satu perangkat dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM), yang melakukan pengumpulan informasi tentang sikap, motivasi, keinginan, dan hal-hal lainnya tentang konsumen. Informasi ini digunakan sebagai dasar bagi pembentukan karakteristik dari segmen konsumen sehingga konsumen dapat dikelompokkan dan diidentifikasikan, dan dapat dibedakan dari segmen lainnya.
BAB III
PENUTUP
Teori perilaku konsumen yang berkembang sebelum periode tahun 1960-an didasarkan, pada teori ekonomi, Manfaat perilaku konsumen, Peran perilaku konsumen sangat beragam tergantung pada pemanfaat atau pengguna (stakeholder). Kelompok konsumen individu maupun organisasi akan menukarkan sumberdaya yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga dari perilaku konsumen dapat membantu mencapai tujuan dalam pemenuhan kebutuhan berbagai macam produk.
Sumber :
Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI